Satu,
dua, tiga... Entah.
Hitunganku
terhenti di antah berantah.
Dimana
pada satu sisinya pernah kau tinggal janji tentang penanti remah roti.
Andai
meleburmu semudah menyeduh secangkir kopi,
pasti
sudah kusebar rinduku di ujung jalan itu dan merelakanmu hilang.
Hingga
hitunganku buntu, lalu terbang.
Satu,
dua, tiga... Entah.
Hitunganku
terhenti di antah berantah.
Namun
tak lekas kubuka mata tuk temukan di mana kau berada.
Hingga
tak perlu kususuri sepisepi yang mungkin kau pakai sembunyi.
Meski
kau mulai menjelma aroma kopi.
Dan
remah roti.
Dan
penanti.
Dan
kalkulasi detakku sendiri.
Dan...
Ah, sudahlah.
Satu,
dua, tiga... Entah.
Hitunganku
tak lagi mau berhenti di antah berantah.
Banjarsari,
Juni 2013
Dien Ihsani
Buletin PERDU #8
0 komentar:
Posting Komentar