Recent Posts

Senin, 24 Juni 2013

Prekuel Kematian




Aku.
Lebih memilih menjadi tuli, dari detak-detak liar dunia
Ketika gemerlap lampu dalam hitam
Bersama tubuh-tubuh bergelayut dalam nada.
Menyilaukan. Menjijikkan.
Aku.
Lebih memilih menjadi buta, dari bayang maya kepalsuan.
Ketika lembar-lembar uang bersenandung angkuh.
Menjadi tirani, meranggas jiwa.
Memunculkan noktah hitam mematikan.
Ketika hijau menjadi kelabu, ketika jaya menjadi runtuh,
dan Negara ini mati.
Semua tampak seperti prekuel kematian
dari film hitam-putih membisu.

Mungkin aku tak melihat, ataupun mendengar.
Tapi lebih memilih memiliki hati.
Bangun. Merasakan. Mendalami.
Dengan naluri titi nada mutlak, merangkai kolase simfoni,
dari nada-nada liar yang acak,
menjadi melodi indah

Bangun.Merasakan.Mendalami.
Negara ini di muka prekuel kematian.
Ketika carut-marut problema, mengekspansi diiringi tawa iblis.
Ketika darah dan nyawa yang dulu diperjuangkan
Untuk satu kata; Merdeka!”
Kini bagaikan tak berharga.
Akankah kau tetap diam?
Bangun. Rasakan. Dalami.

Swastia Verha Setyanikma

Buletin PERDU #7

0 komentar:

Posting Komentar